MUHASABAH
^^Berharganya Waktu
Waktu yang telah
berlalu tak kan bisa kembali. Sering kali penyesalan menghampiri kita, dalam
keadaan terburuk yang kita alami. Saat itulah kita baru menyadari betapa
berharganya sebuah kesempatan.
Berjalannya waktu
takkan mungkin terulang. Tiada guna menyesali
waktu yang telah menjauh dan semakin jauh. Sebab kita hidup pada hari,
jam, menit bahkan detik ini. Tak perlu bersedih berpisah dengan hari kemarin,
jangn pula resah dengan kegagalan yang telah lalu, sebab kita dapat
memperbaikinya hari ini, seraya
bertaubat kepada Allah SWT, dengan sebenar benarnya taubat dan bertekad untuk
tidak mengulangi dosa-dosa yang pernah
kita buat. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini. Sehingga kita bukan termasuk golongan orang-orang
yang merugi.
لا تزول قدما عبد يوم
القيامة حتا يسآل عن عمره فيما افناه وعن علمه فيما فعل به وعن ماله من اين اكتسبه
وعن جسمه فيما ابلاه
Artinya : “Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari
kiamat hingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa
dihabiskan, ilmunya bagaimana dia amalkan, hartanya darimana dia dapatkan dan
untuk apa dia belanjakan dan tentang tubuhnya bagaimana dia memanfaatkannya.” (HR. At-Tirmidzi)
^^6 Pertanyaan Imam Al-Ghozali
**Imam Ghozali : “Apakah yang paling dekat dengan
diri kita di dunia ini?’’ Murid-muridnya ada yang menjawab : “Orang tua”,
“Guru”, “Teman”, “Kaum kerabat.” Imam Ghozali menjawab, “Semua jawaban itu benar.
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mati.
**Imam Ghozali : “ Apa yang paling jauh dengan kita
di dunia ini?” Muridnya menjawab, “Bintang, Bulan, Matahari.” Imam Ghozali,
“Semua jawaban benar, tetapi yang paling jauh adalah MASA LALU. Bagaimanapun
kita, apapun kendaraan kita tetap saja takkan bisa kembali ke masa lalu. Maka
pergunakanlah waktu dengan sebaik baiknya.
**Imam Ghozali, “Apa yang paling besar di dunia
ini? Murid menawab, “Bumi atau Bulan ya Syekh.” Imam Ghozali, “Benar tapi yang
paling besar adalah HAWA NAFSU. Bahkan Rasululloh SAW setelah Perang Badar,
berkata yang intinya perang paling besar bukanlah perang badar melainkan perang paling besar adalah memerangi hawa nafsu.
** “Apa yang paling berat di dunia?” Tanya Imam
Ghozali. “Besi, Gajah, ataupun Baja.”Jawab muridnya. “Benar , tetapi yang
paling berat adalah MEMEGANG AMANAH.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepda
langit, bimi dan gunung –gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu
dan mereka khawatir untuk menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS. Al-Ahsab : 72)
**Imam Ghozali kembali bertanya, “Apa yang paling
ringan di dunia?” Muridnya menjawab, “Angin, kapas, debu.” Imam Ghozali, “Benar
tapi yang paling ringan adalah MENINGGALKAN SHALAT.”
Hanya karna aktivitas pekerjaan atau urusan dunia,
kita tinggalkan shalat. Padahal Rasululloh SAW menegaskan dalam sabda beliau,
“Perbedaaan antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggal shalat.” (HR. Muslim dalam kitab
Shahihnya nomor 82 dari hadist Jabir)
**Pertanyaan terakhir Imam Ghozali, “Apa yang
paling tajam di dunia?” Murid-murid serentak menjawab, “Pedang.” Imam Ghozali,
“Itu benar tapi yang paling tajam sekali adalah LIDAH MANUSIA.” Karena melalui
lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya
sendiri. Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dalam kitab shahihnya hadist no.6475 dan
Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadis dari Abu Hurairoh bahwa Rasululloh bersabda : “Barang
siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang
baik atau diam.”
^^ Lima Sebelum Lima
Sudahkah kita
pergunakan masa muda dengan baik sebelum umur menggerogoti usia. Sungguhpun
yang paling dekat dengan kita adalah kematian
dan yang paling jauh adalah satu detik yang lalu. Siapa yang
tahu bahwa malaikat maut akan menjemput?
Entah dimasa balita, remaja, dewasa ataupun manula. Masih kah kita menunggu
datangnya tua untuk memperbaiki akhlak dan ibadah kita? Tentunya tidak, kita
harus memahami, menghayati, dan mengamalkan lima perkara sebelum datang yang
lima. Sesuai hadis Rasululloh SAW
اغتنم خمسا قبل خمس سبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك
وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك
Artinya : “Manfaatkanlah yang lima sebelum datang lima perkara yang lain, mudamu sebelum tuamu,
sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelu miskinmu, waktu senggangmu sebelum
kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu.”
(HR. Baihaki dari Abbas)
^^Demi Masa
Bahkan Allah SWT bersumpah dalam firmanNya
Al-Qur’an surat Al ‘Ashr,
والعصر (1) ان الإنسان لفي خسر (2) الا الذين أمنوا وعملوا
الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر(3)
Artinya : “Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar benar dalam
kerugian. Kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr : 1-3)
Begitu pentingnya waktu (masa) sehingga Allah
mengabadikan dalam Al-Quran. Alloh SWT bersumpah dengan masa, yang merupakan
rentetan peristiwa, baik berupa kebaikan maupun keburukan.
Marilah sejenak kita merenung, seberapa tebal iman
dan takwa kita dibanding maksiat yang setiap hari mengotori jiwa. Seberapa
besar bakti kepada kedua orangtua
dibanding kata-kata pedas dan menyakiti ,yang sering kita lontarkan kepada
mereka.
Jika kau mencintai hidupmu maka jangan sia siakan
waktumu. Ingatlah dunia hanya sementara, hanya persinggahan untuk mengumpulkan
bekal menuju kehidupan yang abadi yaitu
alam akhirat. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepadaNya kita kembali.
Wallohu a’lam bisshawab