Powered By Blogger

Senin, 25 Mei 2015

Renungan



MUHASABAH
^^Berharganya Waktu
Waktu yang telah berlalu tak kan bisa kembali. Sering kali penyesalan menghampiri kita, dalam keadaan terburuk yang kita alami. Saat itulah kita baru menyadari betapa berharganya sebuah kesempatan.
Berjalannya waktu takkan mungkin terulang. Tiada guna menyesali  waktu yang telah menjauh dan semakin jauh. Sebab kita hidup pada hari, jam, menit bahkan detik ini. Tak perlu bersedih berpisah dengan hari kemarin, jangn pula resah dengan kegagalan yang telah lalu, sebab kita dapat memperbaikinya hari  ini, seraya bertaubat kepada Allah SWT, dengan sebenar benarnya taubat dan bertekad untuk tidak mengulangi  dosa-dosa yang pernah kita buat. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sehingga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang merugi.
لا تزول قدما عبد يوم القيامة حتا يسآل عن عمره فيما افناه وعن علمه فيما فعل به وعن ماله من اين اكتسبه وعن جسمه فيما ابلاه
Artinya : “Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya bagaimana dia amalkan, hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dia belanjakan dan tentang tubuhnya bagaimana dia memanfaatkannya.”              (HR. At-Tirmidzi)
^^6 Pertanyaan Imam                                     Al-Ghozali
**Imam Ghozali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?’’ Murid-muridnya ada yang menjawab : “Orang tua”, “Guru”, “Teman”, “Kaum kerabat.” Imam Ghozali menjawab, “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
**Imam Ghozali : “ Apa yang paling jauh dengan kita di dunia ini?” Muridnya menjawab, “Bintang, Bulan, Matahari.” Imam Ghozali, “Semua jawaban benar, tetapi yang paling jauh adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita tetap saja takkan bisa kembali ke masa lalu. Maka pergunakanlah waktu dengan sebaik baiknya.
**Imam Ghozali, “Apa yang paling besar di dunia ini? Murid menawab, “Bumi atau Bulan ya Syekh.” Imam Ghozali, “Benar tapi yang paling besar adalah HAWA NAFSU. Bahkan Rasululloh SAW setelah Perang Badar, berkata yang intinya perang paling besar bukanlah perang badar melainkan  perang paling besar adalah memerangi hawa nafsu.
** “Apa yang paling berat di dunia?” Tanya Imam Ghozali. “Besi, Gajah, ataupun Baja.”Jawab muridnya. “Benar , tetapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepda langit, bimi dan gunung –gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir untuk menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.         (QS. Al-Ahsab : 72)
**Imam Ghozali kembali bertanya, “Apa yang paling ringan di dunia?” Muridnya menjawab, “Angin, kapas, debu.” Imam Ghozali, “Benar tapi yang paling ringan adalah MENINGGALKAN SHALAT.”
Hanya karna aktivitas pekerjaan atau urusan dunia, kita tinggalkan shalat. Padahal Rasululloh SAW menegaskan dalam sabda beliau, “Perbedaaan antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggal shalat.”               (HR. Muslim dalam kitab Shahihnya nomor 82 dari hadist Jabir)
**Pertanyaan terakhir Imam Ghozali, “Apa yang paling tajam di dunia?” Murid-murid serentak menjawab, “Pedang.” Imam Ghozali, “Itu benar tapi yang paling tajam sekali adalah LIDAH MANUSIA.” Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Diriwayatkan oleh Al-Bukhori dalam kitab shahihnya hadist no.6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadis dari Abu Hurairoh  bahwa Rasululloh bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.”
^^ Lima Sebelum Lima
Sudahkah kita pergunakan masa muda dengan baik sebelum umur menggerogoti usia. Sungguhpun yang paling dekat dengan kita adalah  kematian dan yang paling jauh adalah satu detik yang lalu. Siapa yang tahu bahwa malaikat maut  akan menjemput? Entah dimasa balita, remaja, dewasa ataupun manula. Masih kah kita menunggu datangnya tua untuk memperbaiki akhlak dan ibadah kita? Tentunya tidak, kita harus memahami, menghayati, dan mengamalkan lima perkara sebelum datang yang lima. Sesuai hadis Rasululloh SAW

اغتنم خمسا قبل خمس  سبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل  شغلك وحياتك قبل موتك     
Artinya : “Manfaatkanlah yang lima sebelum datang  lima perkara yang lain, mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelu miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu.”    (HR. Baihaki dari Abbas)
^^Demi Masa
Bahkan Allah SWT bersumpah dalam firmanNya Al-Qur’an surat Al ‘Ashr,
والعصر (1)  ان الإنسان لفي خسر (2) الا الذين أمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر(3)
Artinya : “Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar benar dalam kerugian. Kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati  kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”            (QS. Al ‘Ashr : 1-3)
Begitu pentingnya waktu (masa) sehingga Allah mengabadikan dalam Al-Quran. Alloh SWT bersumpah dengan masa, yang merupakan rentetan peristiwa, baik berupa kebaikan maupun keburukan.
Marilah sejenak kita merenung, seberapa tebal iman dan takwa kita dibanding maksiat yang setiap hari mengotori jiwa. Seberapa besar bakti  kepada kedua orangtua dibanding kata-kata pedas dan menyakiti ,yang sering kita lontarkan kepada mereka.
Jika kau mencintai hidupmu maka jangan sia siakan waktumu. Ingatlah dunia hanya sementara, hanya persinggahan untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang  abadi yaitu alam akhirat. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepadaNya kita kembali.
Wallohu a’lam bisshawab

1 komentar: