Powered By Blogger

Rabu, 03 Juni 2015

Kearifan Budaya Tari Nusantara


A.Tari Kreasi Baru

1.TARI KUPU-KUPU


Tari Kupu-kupu melukiskan ketentraman dan kedamaian hidup sekelompok kupu-kupu yang dengan riangnya berpindah dari satu dahan ke dahan yang lain.

Tarian ini merupakan tarian putri masal yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1960-an.Sebuah komposisi garapan karawitan iringan tari kreasi Kupu-Kupu Kuning Angarung smudra yang mendapat  inspirasi dari sejarah kerajaan karangasem tatkala meluaskan daerah kekuasaan ke Pulau Lombok pada tahun 1692. Saat itu Karangasem diperintah oleh tiga raja bersaudara dan seorang diantaranya memimpin ekspidisi mengerahkan pasukan menyebrang selat Lombok dalam empat buah perahu. Perihal ribuan Kupu-kupu Kuning sebagai pelindung dan pemberi arah empat buah perahu yang mengangkut laskar kerajaan Karangasem tersebut kisah taburan Kup-kupu Kuning tersebut sebagai tema sentral penciptaan Karya ini dituang ke dalam barungan gamelan semarandana dengan permainan patet untuk penunjang dinamika dramatik untuk alur tematik. Tariannya dibawakan oleh sembilan penari anak-anak permpuan sebagai tari kelompok dengan tatanan busana iminatif kupu-kupu kuning yang diinovasikan.
Adapun tujuan penggarapan ini, pertama: untuk mendesiminasikan sejarah kerajaan Karangasem; kedua, sebagai informasi kepada masysrakat bahwa peristiwa bersejarah tersebut dapat divisualisasikan kedalam bentuk karya seni tari; dan ketiga, untuk menambah khasanah repertoar tarian anak-anak.
Metode penciptaan melalui tiga tahapan, yakni tahap eksplorasi, improvisasi dan forming. Tahap eksplorasi diawali dengan menelaah buku sumber yang berjudul Kupu-kupu Kuning yang Terbang di Selat Lombok. Membahas secara tuntas ide penggarapan dengan parner penata iringan untuk mendapatkan kesamaan tafsir tentang tema dan wujud garapan. Tahap improvisasi dengan menggali motf-motif sekwen musik sesuai tema dan juga pengembangan ornamentasi yang dapat mendukung tarian. Tahap forming merupakan proses akhir dari penciptaan ini dengan menyusun komposisi musik secara mengalir sehingga terwujud sebuah garapan selaras dengan komposisi tarinya. Tema tarian adalah perlindungan dengan suasana patriotik dalam durasi waktu 13 menit, 10 detik. Proses penggarapan dilakukan di sanggar Seni Citra Usadhi Mengwitani Badung.

B.Tari Tunggal Dari Kalimantan

1.Tari Pedang Mualang


Tari Pedang Mualang suku Dayak Mualang Kalimantan Barat adalah sebuah tarian tunggal tradisional yang di sajikan di masa kini untuk menghibur masyarakat dalam setiap acara tradisional, seperti Gawai Dayak (pesta panen padi), Gawai Belaki Bini (pesta pernikahan) dan lain-lain.
Tari ini lebih menekankan pada Gerakan aktraktif menggunakan pedang dalam menyerang maupun menangkis serangan lawan demikian juga menjadikan pedang sebagai objek yang di mainkan baik di kepala maupun di bahu serta keahlian melakukan putaran pedang.
Di masa lalunya, tari Pedang Mualang di lakukan oleh para kesatria sebagai motivasi mendatangkan semangat perang sebelum turun melakukan ekspedisi Mengayau. Hal ini di maksudkan untuk memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka harus menang dalam melawan serangan maupun dalam menyerang lawannya.
Tari ini diiringi oleh tebah tradional yang disebut “tebah Undup Banyur ” tetapi ada kalanya dilakukan dengan Tebah Undup Biasa. kini Tarian Pedang Mualang, mulai terancam punah karena tidak banyak lagi tua – tua yang menurunkan tarian ini kepada generasi mudanya. Salah seorang generasi tua yang masih dapat memperagakan tari ini yaitu: bapak Mundus atau Apai Mundus dari Kampung Merbang, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat.


2.Tari Baksa kembang


Tari Baksa Kembang merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke Kalimantan Selatan, penarinya adalah wanita. Tari ini merupakan tari tunggal dan dapat dimainkan oleh beberapa penari wanita.
Tarian ini dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran. Setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional.
Baksa kembangTarian ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang sedang merangkai bunga. Sering dimainkan di lingkungan istana. Dalam perkembangannya tari ini beralih fungsi sebagai tari penyambutan tamu.
Tari Baksa Kembang termasuk jenis tari klasik, yang hidup dan berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton. Lambat laun tarian ini menyebar ke rakyat Banjar dengan penarinya galuh-galuh Banjar. Tarian ini dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran . Setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional. Disamping itu pula tarian Baksa Kembang dipertunjukkan pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan misalnya tuan rumah mengadakan selamatan. Tarian ini memakai hand propertis sepasang kembang Bogam yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogan ini akan dihadiahkan kepada tamu pejabat dan isteri, setelah taraian ini selesai ditarikan. Sebagai gambaran ringkas, tarian ini menggambarkan putri-putri remaja yang cantik sedang bermain-main di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga kemudian dirangkai menjadi kembang bogam kemudian kembang bogam ini mereka bawa bergembira ria sambil menari dengan gemulai. Tari Baksa Kembang memakai Mahkota bernama Gajah Gemuling yang ditatah oleh kembang goyang, sepasang kembang bogam ukuran kecil yang diletakkan pada mahkota dan seuntai anyaman dari daun kelapa muda bernama halilipan. Tari Baksa Kembang biasanya ditarikan oleh sejumlah hitungan ganjil misalnya satu orang, tiga orang, lima orang dan seterusnya. Dan tarian ini diiringi seperangkat tetabuhan atau gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni. Tarian Baksa Kembang ini di dalam masyarakat Banjar ada beberapa versi , ini terjadi setiap keturunan mempunya gaya tersendiri namun masih satu ciri khas sebagai tarian Baksa Kembang, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Pada tahun 1990-an, Taman Budaya Kalimantan Selatan berinisiaf mengumpul pelatih-pelatih tari Baksa Kembang dari segala versi untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku.

C.Tari Erotik

1.Tari Karonsih

 




KaronsihTarian Karonsih menceritakan kisah kasih percintaan antara putri Galuh Candra Kirana atau Dyah Sekartadji dengan kekasihnya bernama Panji Asamara Bangun. Galuh adalah putri dari Kertamerta asal kerajaan di Kediri, dan Panji Asmara Bangun adalah putra dari Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala.  Dari sinilah tarian ini sering digunakan atau dimainkan pada acara resepsi pernikahan, yang seolah-olah percintaan kedua mempelai bagaikan cinta kasihnya antara Galuh Candra Kirana dengan Panji Asmara Bangun.
Iringan gending diawali dengan Ketawang Pangkur Ngrenas pelog lima terus gansaran kemudian dilanjutkan Ketawang Kinanthi Sandhung, lanjut Lambangsari dan terakhir Ladrang Sigramangsah. Ada dua versi yaitu versi pelog dan versi slendro.










D.Tari Bertema Khusus

1.Tari Tor Tor
Tari Tor Tor
Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.
Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain.
Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan "masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol leluhur).
Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.
Tari Tor-TorJenis tari tor tor beragam. Ada yang dinamakan tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar.
Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
Selanjutnya ada tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja.
Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
Terakhir, ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah.
Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.
Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia. Kini, tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.
Gondang Sembilan
Tari Tor-tor selalu ditampilkan dengan tabuhan Gondang Sembilan. Warga Mandailing biasanya menyebutnya Gordang Sembilan, sesuai dengan jumlah gendang yang ditabuh.
Jumlah gendang ini merupakan yang terbanyak di wilayah Suku Batak. Karena gendang di wilayah lainnya seperti Batak Pakpak hanya delapan buah, Batak Simalungun tujuh buah, Toba enam buah, dan di Batak Karo tingga tersisa dua buah gendang.
Menurut analisa Togarma, banyaknya jumlah gendang ini ada hubungannya dengan pengaruh Islam di Mandailing. Di mana besarnya gendang hampir sama dengan besar bedug yang ada di masjid. "Ada kesejajaran dengan agama Islam. Bunyi gendangnya pun mirip seperti bedug."
Gendang ini juga punya ciri khas lain yakni pelantun yang disebut Maronang onang. Si pelantun ini biasanya dari kaum lelaki yang bersenandung syair tentang sejarah seseorang, doa, dan berkat. "Senandungnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunitas peminta acara," imbuh Togarma.
Sayangnya keindahan budaya Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan ternoda dengan kurangnya penghargaan. Sulit mencari pihak yang mau membiayai pagelaran budaya ini, terutama di Ibu Kota. Hanya karena pejuang-pejuang seni Batak, Tari Toro-tor dan Gondang ini masih tumbuh dan terlihat keberadannya.
"Kebudayaan itu pengisi batin, bagian dari kehidupan. Karena hidup tidak cukup dengan makan saja, jiwa juga harus terisi seni," ujar Togarma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar